Meskipun musim kemarau tahun 2024 tidak separah dibandingkan tahun 2023, pemerintah daerah dan masyarakat di Provinsi Banten dan DKI Jakarta diimbau melakukan antisipasi untuk menjaga ancaman krisis air hingga krisis pangan. Hal ini ditegaskan Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah II Tangerang Selatan, dalam rilis press secara online via zoom, Selasa (26/3).
“Tahun 2023 merupakan tahun terpanas di dunia dan Indonesia.” Kekeringan berdampak pada adanya krisis air, ancaman pada ketersediaan pangan, hingga berdampak pada sekitar 500 juta petani kecil yang menyumbang 86% kebutuhan pangan dunia” terang Hartanto, Kepala BBMKG Wilayah II.
Sementara itu, Apolinaris Samsudin Geru, Kepala Stasiun Klimatologi Banten menerangkan saat ini hampir seluruh wilayah di Indonesia sedang mengalami musim hujan, termasuk di DKI Jakarta dan Banten.
“Awal musim hujan secara umum terjadi Oktober-November. Meskipun demikian dalam catatan BMKG, ada saatnya panas kering, misalnya kemarin tercatat hingga tiga hari”, lanjut Apolinaris.
Musim kemarau di DKI Jakarta dan Banten diprakirakan akan dimulai April hingga Juni 2024. Dengan pola pergerakan dari wilayah utara ke selatan.
“Musim Kemarau diprakirakan dimulai dari wilayah utara dan bergerak ke arah selatan, dimulai dari wilayah Serang bagian utara, Tangerang bagian utara serta DKI Jakarta bagian utara pada April 2024. Kemudian sebagian Serang, sebagian Kabupaten Pandeglang, sebagian Kabupaten Lebak dan DKI Jakarta bagian selatan pada bulan Mei, serta disusul wilayah lainnya pada Juni 2024” papar Qurrotu A’yun dari Stasiun Klimatologi Banten.
Puncak musim kemarau diprakirakan akan terjadi pada bulan Juli 2024 di sebagian besar wilayah Banten dan pada Agustus 2024 di sebagian besar wilayah DKI Jakarta. Saat ini, indeks ENSO masih pada kategori EL Nino Moderat dan diprediksi secara gradual akan beralih menjadi Netral mulai Mei-Juni-Juli (MJJ) 2024. Musim Kemarau 2024 di Banten dan DKI Jakarta diprakirakan bersifat Atas Normal (lebih basah dari biasanya). Hal ini mengindikasikan bahwa musim kemarau tahun 2024 tidak separah tahun 2023. Meskipun demikian, masyarakat diimbau untuk mengantisipasi musim kemarau tahun 2024, termasuk mengantisipasi masa peralihan musim yang memunculkan dampak cuaca ekstrem.
“Hujan lebat, angin kencang, puting beliung dan petir yang bisa terjadi pada periode peralihan musim tersebut. Selain itu, perlu adanya tindakan antisipasi pada wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau Atas Normal atau lebih basah dari biasanya, terutama untuk tanaman pertanian dan holtikultura yang sensitif terhadap curah hujan tinggi” terang Ayun.
Dalam penutupnya, Hartanto menjelaskan agar Pemerintah Daerah dan Masyarakat di daerah yang rawan kekurangan air bersih diharapkan dapat melakukan penyimpanan air pada masa peralihan musim hujan ke musim kemarau untuk memenuhi danau, waduk, embung kolom retensi dan penyimpanan air buatan lainnya.